Stop Eksploitasi Anak di Audisi Beasiswa Djarum Bulutangkis

By Bowo Susilo - 09:19

Foto bersama blogger dan pengisi acara (Foto : Yayasan Lentera Anak)

Mendukung anak untuk menyalurkan bakatnya tentu menjadi kewajiban semua orang tua. Tentunya salah jika anak memiliki bakat dan berprestasi tetapi tidak adanya dukungan dari kedua orang tuanya. Namun, dukungan yang diberikan oleh orang tua juga harus memerhatikan kebaikan dan masa depan anak. Jangan sampe hanya dengan mengikuti sebuah audisi tetapi tidak memikirkan dampak negatifnya bagi anak.

Menjadi orang tua tentunya harus memiliki pandangan luas dalam mengantarkan anaknya untuk menjadi sukses kelak. Bukan hanya dukungan dalam jangka pendek, namun harus dukungan dalam jangka panjang. Sejak 2006, Djarum resmi menggelar audisi beasiswa bagi anak-anak untuk mendapatkan pelatihan bulutangkis secara gratis. Awalnya audisi ini hanya diikuti oleh anak yang usianya 15 tahun dan hanya bertempat di Kudus.

Seiring berjalannya waktu, ternyata Djarum melebarkan audisinya hingga diberbagai kota di Indonesia. Yang awalnya peserta audisi hanya diperbolehkan yang usianya 15 tahun, ternyata kini diperbolehkan yang lebih muda lagi yakni pada usia 6 tahun. Tentunya baik-baik saja apabila benar-benar ingin menjadi jembatan bagi anak-anak dalam menyalurkan bakatnya. Namun apakah semuanya murni hanya untuk menjadi jembatan bagi anak-anak dalam menyalurkan bakatnya.

Tentunya semuanya sudah tau, bahaya akan rokok dalam tubuh manusia. Jelas-jelas bahwa, rokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi dan masih banyak lagi. Jangan sampai anak-anak yang masih usia dini mengenal rokok, karena jelas akan berbahaya bagi si anak tersebut. Bagaimana agar anak tidak mengenal rokok? Jawabannya adalah jauhi semua yang berhubungan dengan rokok.

Nah dibalik audisi beasiswa djarum bulutangkis, ditemukan ada unsur-unsur eksploitasi pada anak. Djarum memanfaatkan audisi beasiswa ini menjadi ajang strategi pemasaran, setelah PP 109 lahir pada tahun 2012 sebagai turunan Undang-Undang Kesehatan No. 36/2009 yang isinya adalah membatasi iklan rokok di berbagai media.

Hal inilah yang membuat djarum menggunakan strategi secara tidak langsung dalam mempromosikan rokok di ajang audisi beasiswa bulutangkis. Tahun 2008, audisi beasiswa djarum diselenggarakan sepanjang bulan Maret-September di 8 kota sekaligus. Karena iklan sudah dibatasi untuk tayang di berbagai media, mereka menggunakan koran, youtube, instagram, dan facebook untuk mempromosikannya. 

Para anak-anak pun antusiasnya luar biasa untuk mengikuti audisi beasiswa djarum bulutangkis ini. Jumlah total peserta annak usia 6-15 tahun yang mengikuti aaudisi adalah 5.957 orang. Tentu ini bukan jumlah yang sedikit, apakah yang diterima sesuai dengan yang daftar? Setengahnya mungkin, atau berapa ratus orang. Sayangnya tidak sebanyak itu yang lolos audisi dan benar-benar dijembatani dalam menyalurkan bakatnya. Jumlah yang mendapatkan beasiswa ini adalah 23 orang saja. 

Sedangkan dalam tahun ke tahun, jumlah peserta audisi makin bertambah banyak. Namun yang diterima hanya segelintir saja yaitu 0,01% dari jumlah peserta yang mengikuti audisi ini. Ini adalah angka yang sedemikian ekstrim karena angkanya jauh banget. Lalu apakah anak-anak merasa dirugikan? Yaa scara tidak langsung sudah jelas, karena djarum mengambil kesempatan di momen ini yang seolah-seolah peduli olahraga bulutangkis biarpun hanya segelintir saja yang dibina. 

Lalu apa sih yang disebut sebagai eksploitasi anak?

Eksploitasi yang terjadi pada anak adalah, ketika para audisi diharuskan mengenakan kaos dengan tulisan besar “DJARUM” dibagian depan kaos. Ini jelas bentuk eksploitasi terhadap anak yang dapat berdampak buruk bagi anak. Anak yang seharusnya tidak mengetahui soal rokok tetapi justru malah dikenalkan dengan rokok. Tentunya ini nanti akan berdampak buruk bagi anak tersebut. Karena kesehariannya ada wacana rokok disekelilingnya.
 
Ibu Lisda Sundari saat menyampaikan soal isu eksploitasi anak (Foto : www.bowosusilo.com)
Dalam acara ini turut hadir Ibu Lisda Sundari pendiri Yayasan Lentera Anak, beliau mengatakan betapa mirisnya saat anak-anak yang masih dibawah umur menjadi korban eksploitasi anak. Tentu ini harus diluruskan, harus ada yang bersuara agar tidak berkelanjutan yang seperti ini. Anak-anak hampir semua tahu bahwa Djarum itu adalah rokok, bukan hanya sekedar tulisan saja yang melekat di baju mereka. 

Hadir juga Ibu Liza Djaprie seorang psikolog, yang selalu memperhatikan akan perkembangan seorang anak. Beliau juga menyoroti soal audisi djarum bulutangkis yang melibatkan anak-anak dibawah umur. Ibu Liza paham betul, kalau anak yang masih dibawah umur pemikirannya akan sangat mudah dipengaruhi. Anak akan menerima semua informasi yang disampaikan ke mereka dengan apa adanya. Namanya juga anak, jadi belum bisa memilah mana yang baik dan enggak. Inilah yang sangat disayangkan jika eksploitasi anak terus terjadi di Indonesia khususnya di audisi djarum bulutangkis. Bapak Bagja Hidayat Editor Senior Tempo, juga turut hadir dalam acara bersama blogger ini.
 
Ibu Lisa Djaprie seorang Psikolog (Foto : www.bowosusilo.com)
Bapak Bagja Hidayat, Editor Senior Tempo (Foto : www.bowosusilo.com)
Sebagai orang tua tentu harus aware akan kondisi yang seperti ini. Boleh saja mendukung bakat anak-anak, dan memang harus didukung tapi juga dengan cara memberikan dampak positif bagi masa depan anak. Apalagi Undang-Undang sudah jelas mengatur perbuatan mengeksploitasi tubuh anak bisa dipidana dengan merujuk pasal 88 UU Perlindungan Anak bahwa “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 761, dipidana paling lama 10 tahun dan denda 200.000.000. 

Bukan hanya pasal 761, audisi ini juga melanggar PP 109/2012 pasal 47 (1) yaitu mengikutsertakan anak-anak pada penyelenggaraan kegiatan yang disponsori rokok dan pasal 37 (a) yaitu menggunakan nama merek dagang dan logo produk tembakau termasuk brand image produk tembakau.

Dari pasal diatas, sudah jelas bahwa kegiatan audisi ini melanggar aturan hukum. Disinilah peran orang tua yang sangat diperlukan dalam memberikan pengertian kepada anak mana yang terbaik. Yayasan Lentera Anak terus menginisiasi dalam perlindungan anak terhadap eksploitasi. Tentunya juga butuh bantuan teman-teman untuk menyebarkan informasi ini agar sampai ke seluruh masyarakat Indonesia.

Semoga anak-anak Indonesia terus berkembang dan berkarya dengan cara yang baik serta bisa memajukan Bangsa Indonesia tercinta.



Salam,
www.bowosusilo.com



  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Siap, saya siap untuk menyebarkan informasi ini. Sedih ketika melihat eksploitasi ini terjadi pada anak-anak Indonesia

    ReplyDelete
  2. Wah... Sedih banget ngelihati Djarum... Bagus sih Djarum semakin melebarkan sayapnya. Tapi, kenapa memilih target anak-anak?
    Padahal Djarum bisa kok ke target-target lainnya yang sudah cukup umur untuk kenal rokok.

    Salam kenal ya Kak. :)

    ReplyDelete