Heartventure: Menyusuri Jejak Kebaikan di Yogyakarta bersama Dompet Dhuafa
Setiap perjalanan punya ceritanya sendiri. Ada yang sekadar ingin melihat dunia lebih luas, ada juga yang memilih jalan berbeda: berpetualang sambil membawa hati, menyentuh hati, dan menyebarkan kebaikan. Itulah yang aku rasakan dalam perjalanan kali ini bersama Dompet Dhuafa, melalui sebuah program yang penuh makna bernama Voluntrip: Heartventure.
Heartventure bukan cuma soal berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Ini tentang menyatukan heart dan adventure, petualangan yang tak hanya menyenangkan, tapi juga menyentuh, membekas di hati, dan menyadarkan kita bahwa kebaikan bisa hadir dari hal-hal sederhana.
Yogyakarta menjadi saksi bisu dari perjalanan ini. Selama tiga hari, mulai dari tanggal 16 hingga 18 Mei 2025, aku bersama rombongan lainnya diajak menyusuri titik-titik pemberdayaan Dompet Dhuafa, sekaligus melihat langsung bagaimana kebaikan itu dikelola dan disalurkan. Dan inilah beberapa pengalaman yang aku dapatkan selama kegiatan berlangsung.
Kunjungan Pertama di DD Farm, Pundong Bantul
Aku dan teman-teman berangkat dari Jakarta naik bus dan sampai di Jogja pagi hari. Saat tiba di Yogyakarta tentu vibes nya langsung berasa banget dan tentunya penuh semangat meskipun rasa lelah belum benar-benar hilang. Setelah bersih-bersih di masjid, kami langsung menuju ke destinasi pertama yaitu Dompet Dhuafa Farm (DD Farm) yang terletak di Pundong, Bantul.
Begitu sampai, aroma khas peternakan langsung menyambut kami. Suasana yang asri, domba-domba yang sehat, dan semangat dari para pengelola membuat tempat ini terasa sangat hidup. Kami disambut dengan penuh hangat oleh DD Farm. Saat sesi sharing, Mas Zahron selaku Pimpinan Cabang Dompet Dhuafa Yogyakarta menyampaikan bahwa “Tahun ini, kami menargetkan pendistribusian sebanyak 1.500 hingga 2.000 ekor hewan kurban yang akan dibagikan ke empat kabupaten di Yogyakarta.
Masyaallah banget! Dari sini aku baru benar-benar paham bahwa program kurban dari Dompet Dhuafa bukan hanya tentang menyembelih hewan, tapi tentang menyambung harapan dan menumbuhkan keberdayaan.
DD Farm ini mampu menampung hingga 700 ekor domba. Tapi bukan cuma itu yang bikin aku terkesan, melainkan bagaimana semuanya dikelola dengan sangat profesional, mulai dari pakan, kandang, hingga kesehatan hewan. Ini bener-bener bukti nyata bahwa #kurbansengaruhitu.
Menginap di Plosorejo, Belajar dari Kehangatan Warga
Perjalanan berlanjut ke Cangkringan, tepatnya di Dusun Plosorejo yang merupakan wilayah binaan Dompet Dhuafa yang menjadi contoh pemberdayaan berbasis komunitas. Kami disambut hangat oleh warga setempat. Rasanya kayak pulang ke kampung halaman sendiri, padahal ini pertama kalinya aku ke sini.
Malam itu, aku dan beberapa teman menginap di rumah warga. Aku kebagian tinggal di rumah Ibu Sunarti dan Bapak Iyat. Rumah mereka sederhana tapi sangat bersih dan nyaman. Tapi yang bikin betah adalah keramahan dan obrolan hangat mereka.
Pagi harinya, kami diajak mengunjungi peternakan sapi milik Ibu Sunarti dan Bapak Iyat. Di sinilah salah satu momen paling berkesan terjadi, aku memerah susu sapi langsung dari sumbernya! Meskipun ini bukan kali pertama aku melakukannya, tetap aja rasa excited-nya luar biasa.
Dulu, sebagian besar warga Plosorejo menggantungkan hidup dari beternak sapi potong. Namun, semuanya berubah drastis setelah erupsi dahsyat Gunung Merapi pada tahun 2010. Banyak dari mereka harus rela kehilangan hewan ternak yang selama ini jadi tumpuan hidup.
Nah sejak tahun 2011 Dompet Dhuafa hadir membawa semangat baru. Mereka tak hanya memberi bantuan, tapi juga menyalakan harapan lewat program pemberdayaan ekonomi. Salah satunya dengan memberikan sapi perah kepada warga untuk diternakkan, sekaligus mendirikan Rumah Susu sebagai tempat pengolahan hasil ternak.
Mengunjungi Rumah Singgah, Sungguh Menyentuh Hati
Kalau dua hari sebelumnya penuh dengan semangat dan petualangan, hari terakhir jadi titik yang paling menyentuh hati. Kami mengunjungi sebuah rumah singgah yang diperuntukkan bagi anak-anak penderita kanker dan kelainan darah. Di sinilah aku diingatkan kembali akan betapa berharganya kesehatan dan betapa pentingnya kehadiran orang lain dalam masa-masa sulit. Karena sesungguhnya kita semua adalah saudara.
Anak-anak di rumah singgah ini datang dari keluarga kurang mampu, kebanyakan dari luar kota, dan harus menjalani pengobatan di Yogyakarta. Nah rumah singgah ini jadi tempat beristirahat, berproses, dan tetap bisa merasakan keceriaan masa kecil di tengah perjuangan yang sangat luar biasa.
Kami bermain bersama mereka, mulai dari menggambar, bernyanyi, dan bercanda. Tapi di balik tawa mereka, aku bisa melihat semangat hidup yang luar biasa. Nggak ada satu pun dari mereka yang mengeluh. Justru aku yang malu sendiri, karena seringkali merasa capek hanya karena urusan sepele. Ya Allah anak-anak disini bener-bener hebat dan aku bersyukur bisa main sama mereka.
Rumah singgah ini menjadi bukti bahwa Dompet Dhuafa bukan hanya hadir dalam urusan ekonomi atau pemberdayaan, tapi juga dalam bentuk empati dan kehadiran nyata untuk mereka yang sedang diuji.
Perjalanan Ini Bukan Tentang Aku, Tapi Tentang Kita
Setelah tiga hari menjelajahi Yogyakarta bersama Dompet Dhuafa, aku sadar satu hal yakni perjalanan ini bukan tentang aku. Bukan tentang seberapa banyak tempat yang aku datangi, bukan juga tentang seberapa unik pengalaman yang aku dapatkan.
Perjalanan ini adalah tentang kita, tentang harapan yang kita tanam, tentang tangan-tangan yang saling menggenggam, dan tentang hati yang tak pernah lelah untuk peduli.
Heartventure ini bukan akhir, tapi awal. Awal dari kesadaran bahwa kita bisa menjadi bagian dari perubahan. Bahwa kurban bukan sekadar menyembelih, tapi tentang menumbuhkan, membesarkan, dan memberdayakan.
Melalui program #KurbanSengaruhItu, Dompet Dhuafa menunjukkan bahwa setiap hewan kurban bisa membawa sejuta manfaat. Dari peternakan yang memberdayakan, desa yang mandiri, hingga senyuman kecil dari anak-anak yang sedang berjuang melawan penyakit.
Dan ketika kamu bertanya, Apa sih makna sesungguhnya dari kurban? Maka aku akan menjawab Kurban adalah cinta pada sesama, cinta pada kehidupan. Kadang kita merasa kecil di tengah dunia yang luas. Tapi lewat langkah kecil dengan niat tulus, kita bisa jadi cahaya bagi mereka yang sedang berada dalam gelap. Yuk terus berjalan, bukan hanya dengan kaki, tapi juga dengan hati.
Salam,
0 komentar