Generasi Milenial Harus Bijak Bermedia Sosial dan Bersama-sama Cegah Hoax

By Bowo Susilo - 08:52

Foto : Grup WA Bimas Islam
Diera  yang serba digital ini membuat masyarakat semakin mudah untuk mendapatkan berbagai macam informasi. Entah itu informasi benar ataupun informasi yang salah dengan kata lain yang sering disebut hoax. Dengan demikian, ini menjadi tugas pemerintah dalam hal ini Bimbingan Masyarakat Islam untuk terus mengadakan pelatihan-pelatihan tentang literasi informasi bagi generasi milenial.

Hal ini tentunya harus didukung dan disambut baik oleh generasi milenial, jadi bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tugas kita bersama sebagai rakyat Indonesia. Belakangan ini situasi politik di Indonesia semakin panas, hal itu ditandai dengan beredarnya informasi-informasi yang salah atau sering disebut hoax.

Foto : www.menolak.web.id
Tentu ini harus disikapi dengan serius, jangan sampai sebagai generasi milenial tidak melek digital. Selalu biasakan menggunakan media sosial dengan bijak dan juga benar. Ketika mendapatkan informasi, jangan langsung diterima mentah-mentah. Apalagi kalau langsung di sebarkan tanpa cari tahu dulu kebenarannya. Setiap menerima informasi harus dicek dulu kebenarannya, saring dulu sebelum sharing.

Sebagai generasi milenial, saya beruntung dan bersyukur banget karena mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan literasi informasi bagi generasi milenial yang diadakan oleh Kementerian Agama RI, Bidang Bimbingan Masyarakat Islam.

Senin, 24 – 26 Juni 2019 saya dan beberapa teman dari Bloggercrony Indonesia serta teman-teman dari komunitas lainnya mengikuti pelatihan literasi informasi bagi generasi milenial yang diadakan di Aston Kartika Hotel. Tentu ini kesempatan yang sangat baik untuk dapat menambah ilmu soal dunia digital. Sebagai generasi milenial harus peka dan harus memiliki rasa ingin tau yang besar, agar tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi yang semakin tahun semakin canggih dan modern.

Foto: www.bowosusilo.com
Acara pelatihan ini dihadiri lagsung oleh Menteri Agama RI, Lukman Hakin Saifuddin. Tentu ini yang membuat lebih spesial, jarang-jarang menteri menghadiri kegiatan seperti ini, karena memang jadwalnya yang begitu padat. Namun disela-sela kesibukannya, Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin menyempatkan untuk hadir dalam pelatihan ini. Menteri Agama yang satu ini memang terkenal dengan cuitan-cuitannya di media sosial twitter. Dan hal inilah yang membuat beliau suka dengga generasi milenial.

Foto : www.bowosusilo.com
Seperti yang dikatakan Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam, Muhammadiyah Amin. Bapak Menteri selalu support dengan kegiatan-kegiatan yang melibatkan para generasi milenial. Beliau tau kegiatan ini, karena melihat akun twitter pribadinya yang banyak dimention oleh peserta pelatihan literasi informasi. Hal inilah yang membuat beliau bergegas dan memutuskan untuk datang.

Kegiatan-kegiatan yang seperti akan terus dijalankan dan tentu dapat dukungan penuh oleh Bapak Menteri. Ditjen Bimas Islam terus berkomitmen dalam menjalin kemitraan yang sekaligus meningkatkan kualitas pemberitaan di media-media online.

Tentunya Bimas Islam memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan edukasi terhadap masyarakat khususnya generasi milenial agar melek literasi informasi. Mampu membedakn mana itu informasi yang benar, dan mana informasi yang salah atau sering disebut hoax.

Program Bimas Islam bagi generasi milenial ada berbagai macam diantaranya : pelatihan video pendek, pelatihan fotografi, sosialisasi seni budaya islam, diseminasi naskah/buku moderasi islam, pelatihan jurnalistik dan literasi informasi, zakat wakaf for campus citizen 4.0, netizen bicara zakat, pengembangan literasi zakat wakaf, pameran bimas islam berkarakter milenial, bina moderasi islam bagi generasi milenial, lomba vlog bimas islam, coaching clinic penulisan naskah islam moderat.

Semua program Bimas Islam ini akan terus dijalankan, agar generasi milenial paham dan aware dengan hal-hal diatas. Tentu ini harus disambut baik oleh generasi milenial, karena denga mengikuti pelatihan-pelatihan yang seperti ini akan menambah ilmu dan juga wawasan terhadap isu-isu terkini.

Materi pertama, disampaikan oleh Anthonius Malau, Kasubdit Pengendalian Konten Internet Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RIMasyarakat saat ini dihadapkan pada banyaknya informasi yang beredar dari informasi yang benar dan valid sampai berita hoax. Nah dari informasi hoax ini biasanya yang sekedar bercanda sampai hoax yang bersifat provokasi dan juga propaganda.

Apa itu hoax?

Hoax adalah kepalsuan yang sengaja dibuat untuk menyaru sebagai kebenaran.
Berdasarkan hasil survey MASTEL 2017 kepada 1.116 responden secara online dalam waktu 48 jam, diklasifikasi hoax sebagai: berita bohong yang disengaja (90,3%), berita yang menghasut (61,6%), berita yang tidak akurat (59%), berita ramalan (14%), dan berita yang menyudutkan (12,6%).

Ciri-ciri pesan hoax:
  • Pesannya sepihak
  • Sering mencatut nama-nama tokoh seakan berasal dari tokoh itu
  • Memanfaatkan fanatisme dengan nilai-nilai ideology atau agama untuk meyakinkan
  • Judul atau tampilan provokatif
  • Judul dengan isi atau link yang dibuka tidak cocok
  • Minta di share atau diviralkan

Foto : www.bowosusilo.com
Materi selanjutnya disampaikan oleh Iptu Sandi Karisma (Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim POLRI). Saat ini POLRI terus memberantas Hoax dan menindak tegas terhadap siapapun yang menyebarkan hoax. Tentunya ada hukuman yang setimpal terhdap seseorang yang dengan sengaja membuat hoax atau menyebrkan hoax dengan sengaja.

Sesuai dengan Pasal 28 yang menerangkan bahwa, Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik.

Sanksi (Pasal 45A Ayat 1)
Hukuman pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak satu miliar rupiah.

Berikut adalah cara untuk melawan hoax:
  • Pertanyakan sumber berita
  • Cek kredibilitas sumber
  • Pahami isi tulisan
  • Lakukan verifikasi
  • Berhenti di kamu
Melawan hoax tentu menjadi tugas bersama, bukan tugas pemerintah dalam hal ini adalah POLRI. Semua kalangan masyarakat harus bergandengan tangan bersama-sama dalam mencegah dan melawan hoax.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kang Oman Fathurahman, Staf Ahli Menteri Agama RI. Generasi milenial harus bijak dalam bermedia sosial, jangan sampai termakan oleh hoax. Dunia digital ini memang terkenal dengan canggih dan juga cepat, jadi harus hati-hati dalam bertindak.

Saya masih ingat kata-kata yang menjadi motivasi buat saya, "Ikan boleh saja mengunggulkan opini, tapi jangan sampai mengaburkan fakta" ucap Kang Oman. 

Foto : www.bowosusilo.com
Foto : www.bowosusilo.com
Materi terakhir disampaikan oleh Imam Wahyudi, Anggota Dewan Pers 2016-2019. Sebagai dewan pers tentu memiliki tanggung jawab untuk terus menjaga dan juga mengawasi semua berita-berita yang dikonsumsi setiap hari oleh masyarakat. Karena maraknya berita hoax, tentu harus lebih serius dalam memberantas hoax itu sendiri.

Perilaku netizen yang sering dilakukan saat ini adalah suka share berita yang belum tentu kebenarannya, suka rebroadcast, dan juga comment. Sayangnya semua itu dilakukan tanpa membaca keseluruhan isi berita lebih dulu. Sehingga hoax semakin berkembang sampai saat ini. Karena kurangnya kejelihan dalam bermedia sosial dan menyaring berita-berita.

Kebanyakan seseorang memang suka share berita sembarangan. Mengapa suka meneruskan hoax sih? Karena bangga jadi yang pertama tau, suka berbagi tapi malas membaca, mencari sensasi, tidak tau materi yang disebarkan hoax, dan juga mengikuti tren yang sedang berkembang.

Yuk lebih bijak lagi dalam bermedia sosial. Jangan sampe, sebagai generasi milenial malah terlibat dalam penyebaran hoax. Sebagai milenial yang merupakan ujung tombak pembangunan suatu bangsa, harus jelih dan juga cerdas dalam bermedia sosial dengan baik dan benar.

"Lebih baik diam, daripada tidak tau tapi sok tau"

Salam Literasi Informasi :)







  • Share:

You Might Also Like

0 komentar