Pentingnya Peran Bidan Sebagai Garda Terdepan Pemenuhan Nutrisi Bayi dan Balita
Pemenuhan nutrisi untuk bayi dan balita tentu menjadi sangat penting untuk diperhatikan serius. Karena jika pemenuhan gizi tidak dilakukan dengan baik, maka pertumbuhan si bayi tidak akan maksimal. Seperti yang diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang kurang aware dalam pemenuhan gizi bagi bayi dan balita. Banyak ditemukan, para orang tua yang memberikan susu kental manis atau yang familiar di masyarakat disebut susu kaleng untuk si bayi atau balita. Padahal ini pemenuhan gizi yang salah, susu kaleng tidak diperuntukkan untuk si bayi dan balita. Akibatnya banyak dijumpai anak-anak yang mengalami stunting dan kedepannya akan rentan terkena penyakit seperti diabetes, hipertensi dan lainnya.
Nah disini selain perang orang tua yang sangat penting dalam
pertumbuhan si bayi, seorang bidan tentu memiliki peran yang sangat penting
juga. Terkait hal tersebut, tanggal 27 April 2021 Yayasan Abhipraya Insan
Indonesia (YAICI) yang bekerjasama dengan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) cabang
Kota Tangerang Selatan mengadakan webinar yang mengangkat tema “Peran Bidan
dalam pemenuhan nutrisi bayi dan balita yang bebas dari susu kaleng”. Oiya
webinar kali ini masih dalam rangka memperingati Hari Kartini.
Kenapa Bidan memiliki peran yang sangat penting? Ya, karena
Bidan memiliki akses yang sangat dekat dalam pelayanan kesehatan pada
masyarakat. Bidan tidak hanya bertugas dalam proses persalinan saja, tapi harus
memberikan edukasi gizi kepada masyarakat khususnya untuk para calon ibu. Bidan
harus sering memberikan edukasi pada calon ibu untuk selalu memperhatikan 1000
hari pertama kehidupan anak. Kenapa? Karena ini sangat penting, 70-80%
perkembangan masa otak terjadi pada rentan waktu ini.
1000 hari pertama kehidupan anak itu dimulai dari saat awal
bayi dalam kandungan sampai berusia 2 tahun. Nah di rentan waktu inilah
pemenuhan gizi pada anak harus diperhatikan dengan sebaik mungkin agar anak
dapat berkembang dengan baik. Untuk mencegah stunting atau gagal tumbuh pada
anak harus dilakukan sejak 1000 hari pertama kehidupan sang anak.
Yang masih menjadi PR bersama adalah, tingkat literasi gizi
masyarakat Indonesia masih rendah. Masih kurangnya edukasi gizi kepada
masayarakat dari sumber-sumber yang kredibel. Kebanyakan masyarakat hanya
memperhatikan pola pengasuhan anak pada kebiasaan generasi sebelumnya. Padahal banyak
kebiasaan pengasuhan yang dilakukan generasi sebelumnya yang tidak baik. Hal inilah
yang menyebabkan angka stunting di Indonesia masih tinggi.
Ternyata masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa susu
kental manis (susu kaleng) itu baik buat dikonnsumsi anak. Alhasil susu kaleng
banyak diberikan untuk anak-anak. Padahal, susu kaleng sangat tidak dianjurkan
untuk diberikan pada anak. Karena susu kaleng ini mengandung gula 2 kali lipat
lebih banyak daripada susu sapi biasa. Sementara kandungan nutrisi seperti
protein, kalsium, vitamin D, yang diperlukan anak agar bisa tumbuh kembang
maksimal, jumlahnya jauh lebih rendah.
Susu kental manis cocoknya untuk topping makanan, bukan malah
diberikan pada sang anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh YAICI
bersama PP Aisyiyah dan PP Muslimat NU terkait penggunaan susu kental manis
bagi balita (Bayi dibawah lima tahun) di 5 provinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Timur, NTT dan Maluku, ditemukan 1 dari 4 anak bayi di bawah lima
tahun (balita) masih meminum kental manis setiap hari.
Selain itu, juga didapatkan fakta sebanyak 48% ibu mengakui
mengetahui kental manis sebagai minuman untuk anak adalah dari media, baik TV,
majalah/ koran dan juga sosial media dan 16,5% mengatakan informasi tersebut
didapat dari tenaga kesehatan. Karena itu, dalam rangka memperbaiki persepsi
masyarakat, diperlukan komunikasi persuasif yang tepat sehingga dapat
mempengaruhi orang untuk mengubah perilaku mereka ke arah yang positif. Disini
peran Bidan menjadi sangat penting, jangan sampai salah dalam memberikan edukasi
gizi pada masyarakat.
Di kota-kota besar saja masih banyak ditemukan masyarakat yang memberikan susu kental manis pada anak, apalagi di daerah-daerah terpencil. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan RI, dan seluruh pihak terkait harus terus melakukan sosialisai gizi pada anak. Tentu bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah saja, kita semua juga memiliki peran penting untuk saling mengingatkan kepada masyarakat yang masih awam soal gizi yang baik bagi anak.
Semoga kedepan makin banyak masyarakat yang teredukasi soal gizi yang baik bagi anak dan tidak lagi memberikan susu kental manis pada anak. Mari wujudkan Indonesia bebas stunting sesegera mungkin. Generasi bebas stunting, Indonesia kuat!